Sombong Membawa Berkah
Aku adaah seorang anak blasteran Yogyakarta dengan
Inggris. Ibuku seorang wanita Yogyakarta dan ayahku seorang pria Inggris.
Awalanya aku tak suka dan tak acuh dengan budaya Indonesia. Karena aku baru
beberapa bulan tinggal disini. Tapi waktu yang singkat buakan penghalang bagiku
untuk berprestasi. Baru beberapa bulan, aku telah terpilih mewakili sekolahku
ke tingkat nasional untuk debat Bahasa Inggris. Itu memang termasuk kategori
sangat mudah bagiku. Karna aku dibesarkan di Inggris. Ku akui aku dahulu memang
seorang anak yang sombong
Sore itu bersama Mas Adi supir keluargaku, kami melewati
jalan yang tak biasa dilewati karena jalan yang seharusnya macet. Jalan itu
adalah jalan pusat usaha batik, disana banyak pengrajin batik. Aku melihat
jalan ini sangat kumuh dan sunyi. Tak ada yang berminat membeli, hanya lewat
tak mengusik penjual itu sedikit pun. Entah mengapa terbesit iba dihatiku untuk
berhenti dan melihat-lihat sebentar, padahal hari itu aku sedang kesal karena
disuruh memakai batik saat lomba debat nanti. Menurutku kain batik adalah
sesuatu yang kuno dan tak bermakna.
Aku turun ditemani
Mas Adi. Mulai ku kunjungi kios-kios penjual satu per satu. Aku tertarik pada
sebuah kios yang menampilkan cara pembuatan batik di kiosnya. Ku lihat seorang
Ibu yang sedang membuat batik tulis dengan cantik. Aku meminta untuk mencoba
membuatnya. Aku tertarik. Selama aku belajar membuat batik, aku banyak
bercerita pada Ibu Sumi, pengrajin batiknya. Dia mengatakan selama selama
beberapa tahun ini tidak ada yang tertarik pada batik. Mungkin semuanya sudah
pada bosan katanya. Batik hanya laku pada waktu tertentu. Seperti jika ada
acara-acara besar yang mengharusnya memakai batik, jika awal tahun pelajaran
baru, bagi beberapa sekolah tertentu pasti memesan seragam batik dalam jumlah
besar untuk pakaian siswanya. “Kalau tidak pasti yaa pasti tidak laku” kata Ibu
Sumi. Apalagi sekarang sudah jarang ada acara yang mengharuskan pakai batik
lagi. Kebanyakan memakai baju formal berjas. Padahal ekonomi keluarnya sedang merosot drastis
lantaran batik mulai dilupakan. Belum lagi suaminya yang Stroke, lantaran
depresi karena anaknya harus menjadi ‘perempuan malam’ untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri karena ia tidak suka hidup bersama kedua orang tuanya yang
miskin. Batik satu-satunya mata pencaharian keluarga mereka. Ibu Sumi sendiri
sudah tua dan terlihat sangat lusuh. Aku hampir menangis di depannya tetapi
kutahan untuk membuat beliau kuat. Aku lumayan lama disitu sampai akhirnya Mas
Adi mengingatan ku untuk pulang. Aku pun pamit kepada Ibu Sumi dan memberinya
sebagian uang jajanku. Tapi Ibu Sumi tidak menerimanya. “Saya tidak ingin kamu
hanya iba kepada saya nak, ambil kembali uangmu nak”, kataya. Aku tidak bisa
tinggal diam. Aku harus membantu beliau. Karenanya aku membeli beberapa kain
batik buatan beliau. Dan ibu Sumi tidak keberatan jika aku membelinya. Aku juga
mengambil beberapa foto kios, lokasi sekitar dan Ibu Sumi, aku berencana
memperkenalkan dan mengingatkan kembali masyarakat tentang batik. Agar para
pengrajin batik seperti Ibu Sumi dapat terbantu.
Sampai di rumah, aku mengupload sambil menceritakan
pengalamanku hari ini di beberapa media sosial dan blog yang ku miliki. Tidak
kusangka respon masyarakat sangat antusias. Belum lagi teman-teman ku yang di
Inggris mereka jadi ingin sekali melihat dan memakai kain batik langsung. Aku
mengirim lewat paket kain batik buat mereka. Mereka juga ingin mengunjungi
Indonesia melihat cara pembuatannya dan beberapa kerajinan Indonesia yang
lainnya, setelah itu.
Saat lomba debat tingkat nasional nanti aku tidak akan
ragu dan bimbang lagi. Aku akan memakai pakaian batik yang ku pesan langsung
dari Ibu Sumi, dan akan ku perkenalkan dan ingatkan lagi orang-orang
disekitarku untuk tentang batik. Saat pidato sebelum acara itu dimulai akan ku
muat di dalam isi pidatoku tentang batik. Di dalam benak ku, akau harus bisa
menjadi pelopor kebangkitan batik khususnya dan kebudayaan Indonesia lain. Tak
peduli aku blasteran Inggris yang terpenting adalah di dalam darah ku mengalir
darah Indonesia. Aku tetap anak Indonesia.
Komentar
Posting Komentar