Cerpen1
DEMI KEBAHAGIAAN DAN KEBANGGAAN KITA
OLEH : NANI CHAIRANI LESTARI LUBIS
Amat bahagianya aku hari ini....
Dua pasang baju olahraga bertuliskan PASKIBRA LABUSEL
2013 ku genggam erat sekali di tanganku. Perjalanan pulang serasa lebih jauh
dari hari biasanya. Aku tak sabar lagi ingin membagi kebahagian hati ku pada
orang tuaku.....
Aku duduk diantara dua pusara. Mulai bercerita. Bercerita
tentang hari ini. Ayah, Ibu aku hampir gila kala itu. Ku ingat kejadian 1 tahun
yang lalu. Saat aku membawa kabar yang jika aku tahu akhirnya tidak akan ku ceritakan
pada kalian. Hari itu aku pulang dengan wajah berseri-seri. Ku katakan bahwa
aku telah menjadi anggota PASKIBRA NASIONAL. Tiga hari lagi aku akan berangkat
ke Jakarta. Aku berangkat dengan sahabat ku yang juga terpilih menjadi anggota
paskibra nasional, Deni namanya. Kalian tampak sangat bangga. Terlihat jelas
dari mata kalian. Hari itu aku pun merasa senang karena dapat membanggakan
kalian. Terbayang di kepala ku jika aku bisa menjadi pembawa bendera di
Jakarta nanti disebutkan lah namaku,
juga nama kalian betapa bangganya itu.
Tapi itu semua ternyata tidak pernah nyata. Tepat satu
hari sebelum keberangkatanku ke Jakarta, aku diberi kabar buruk. Aku dipanggil
oleh kantor Dispora, ku pikir akan membicarakan keberangkatanku tetapi aneh.
Wajah bapak yg berbicara padaku pucat pasi, dia mengatakan aku didiskualifikasi
tanpa ada alasan yang jelas. Seketika aku berontak keras setelah perttanyaan ku
tentang alasanlu diskualifikasi tidak ditanggapi. Sayang, aku malah diusir
satpam kantor itu. Sebagai lelaki aku merasa harga diriku telah diinjak-injak.
Tapi apa yag bisa ku lakukan.
Dengan gontai dan wajah kusut aku berjalan menuju rumah.
Hampir magrib aku tiba. Orangtuaku lantas bertanya apa yang terjadi. Ibu sedih.
Ayah terlihat kesal. Aku juga demikian. Ayah dan ibu berniat menyelesaikan
masalah ini setidaknya mengetahui apa alasan mereka. Berdua mereka naik motor
butut kami menuju kota. Tapi naas, ayah yang mengendarai terlalu banyak fikiran
tentang ini mereka terserempet truk minyak dan terseret masuk jurang.
Otakku sakit. Aku emosi tapi tak tahu emosi pada siapa.
Ku lampiaskan semuanya dengan cermin di depan ku yang sekarang telah menjadi
kepingan. Tanganku berdarah. Orang-orang memegangiku aku menjerit histeris di
depan jasat ayah dan ibu. Tak dapat kubendung semua ini TUHAN...
Aku rela kau mengambil cita-cita ku tapi jangan kedua
orang tuaku. Aku belum sempat membahagiakan mereka sesunggungnya.
Aku juga sempat menyalahkan diriku sendiri dan mencoba
bunuh diri tetapi aku luluh dengan tangisan Nita adik ku, satu-satunya
keluargaku.
Aku mulai melanjutkan hidup mencoba ikut sekolah seperti
biasa. Prestasiku semakin gemilang terutama di bidang baris berbaris. Awalnya
aku ragu ikut seleksi paskibra tahun ini takut kejadiannya terulang kembali.
Siapa lagi yang menjadi korban? Pikirku. Tapi lagi-lagi adik kesayanganku
mendukungku penuh harap. Dan kini aku kembali menjadi anggota paskibra. Walau
tidak nasional tetapi hanya di tingkat kabupaten saja. Dan benar aku menjadi
pembawa bendera merah putih. Sama bahagianya seperti dulu. Memang sangat tidak
lengkap tanpa orang tuaku. Tapi paling tidak aku bisa merasakan kebanggaan ayah
ibuku dari surga,disini tepat diantara kedua pusara mereka.
*Pagi itu...
Dengan baju olahraga, aku dijemput temanku Andre. Kami
akan menuju tempat latihan paskibra bersama mengendarai motornya. Andre ngebut.
Katanya dia ingin mencoba speed motor barunya itu. Karena hanya menumpang aku
hanya bisa mengikut saja. Tidak berapa lama aku merasa motor Andre oleng.
Rupanya rem motornya blong tapi Andre berusaha menutupinya dariku.
Kurasakan kepalaku tergilas sesuatu dan hancuuurrr....
Aku meninggal d tempat kejadian.Aku lihat Nita menangis
terisak melihat keadaan ku di rumah sakit ditemani seseorang yang tidak ku
kenal, mungkin ibu dari temannya. Semua anggota paskibra labusel, teman-teman
ku juga terlihat sangat berduka dan mereka setia kawan ikut mengantarkanku ke
tempat peristirahatan terakhirku. Yahhh disinilah. Diantara puasara kedua orang
tuaku. Aku tenang disini tanpa hiruk pikuk kelicikan dunia yang telah ku alami.
Aku semakin tenang ketika mengetahui Nita telah diadopsi sepasang suami istri
yang belum mempunyai anak. Mereka sangat menyayangi Nita. Dan senantiasa
memberikannya fasilitas yang mewah dan Nita kembali bersekolah.
Aku, ayah dan ibu bangga dan bahagia mendengar namaku dan
nama orangtuaku disebutkan di acara penaikan bendera 17 Agustus 2013. Ini lah
memang cita-citaku walau aku tidak sepenuhnya merasakan kebahagiaan dan
kebanggaan dunia itu
(Terinspirasi dari kisah nyata dengan sedikit tambahan disana sini)
Komentar
Posting Komentar